Jumat, 29 Juli 2011

Statin Tidak Meningkatkan Risiko Kanker

Statin Tidak Meningkatkan Risiko KankerPenggunaan statin tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kanker. Temuan ini merupakan hasil analisis restrospektif yang dilakukan oleh dr. Claudio Marelli dkk. dari S2 Statistical Solutions di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat, yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology edisi Juli 2011. Sebuah penelitian lain, yang dilakukan oleh Jenny Poyntern dkk. dari Departments of Epidemiology University of Michigan, Amerika Serikat, memperlihatkan bahwa penggunaan statin disertai dengan penurunan risiko relatif kanker kolorektal sebesar 47%. Penelitian lain lagi, yang dilakukan oleh dr. Elizabeth Platz dkk. dari Department of Epidemiology, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, memperlihatkan bahwa pemberian statin tidak berhubungan dengan risiko kanker prostat dan bahkan menurunkan risiko kanker prostat. Penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Dr Alawi Alsheikh-Ali and Richard Karas dari Tufts University School of Medicine, Boston, Amerika Serikat, juga tidak menemukan hubungan antara peningkatan risiko kanker dengan penggunaan statin.
Namun, ada beberapa penelitian observasional lain yang memperlihatkan bahwa pemberian statin dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker. Penelitian yang dilakukan oleh dr. Ilir Agalliu dkk. dari Program in Epidemiology, Division of Public Health Sciences, Fred Hutchinson Cancer Research Center, Seattle, Amerika Serikat memperlihatkan peningkatan risiko kanker pada pasien-pasien obesitas yang diterapi dengan statin. Lain lagi dengan penelitian oleh dr. Patricia Coogan dari Slone Epidemiology Center, Boston University School of Medicine, Boston. Penelitian yang dilakukannya tidak menunjukkan penurunan risiko kanker kolorektal pada pasien-pasien yang diterapi dengan statin. Dengan adanya berbagai penelitian dengan hasil yang kontradiktif ini, dr. Marelli dkk. melakukan sebuah analisis retrospektif untuk mengetahui efek terapi statin terhadap risiko kanker.
Penelitian yang dilakukan oleh dr. Marelli dkk. ini menggunakan data dari pusat data General Electric Centricity, yang merupakan EMR (electronic medical records) komersial yagn digunakan secara luas oleh para dokter di Amerika untuk pengaturan rekam medik lebih dari 30 juta pasien. Setelah dilakukan pencarian menggunakan metode skor-propensitas, para peneliti menemukan 45.857 pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian (pengguna statin dan non-statin) dari tahun 1990 hingga 2009. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa setelah masa follow up, rata-rata 4,6 tahun, angka kejadian kanker tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok perlakuan (pengguna statin dan non-statin).
Simpulannya, penelitian retrospektif yang dilakukan memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan statin dengan peningkatan risiko kanker. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya. Pada tahun 2005, CTT (Cholesterol Treatment Trialists) mempublikasikan sebuah metaanalisis dari 14 penelitian acak yang melibatkan lebih dari 90.000 pasien dan tidak menemukan peningkatan risiko kanker dengan terapi statin. Pada tahun 2010, sekali lagi CTT mempublikasikan sebuah up-date mengenai meta-analisis yang pernah disampaikan, yang juga tidak menemukan hubungan antara terapi statin dengan peningkatan risiko kanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar