Kamis, 14 Juli 2011

Analgesia Epidural Terkontrol-Pasien Mengurangi Dosis Anestetik yang Dibutuhkan pada Persalinan

Analgesia Epidural Terkontrol-Pasien Mengurangi Dosis Anestetik yang Dibutuhkan pada PersalinanSebuah studi terkini pada sejumlah perempuan nulipara yang menjalani persalinan spontan menunjukkan bahwa mereka yang mengendalikan analgesia epiduralnya sendiri menggunakan lebih sedikit bupivicaine dan tetap merasa puas. Namun, para perempuan pengguna analgesia epidural terkontrol-pasien mengeluhkan lebih nyeri sewaktu mengedan dibanding mereka yang mendapat infus epidural bersinambungan (continuous epidural infusion, CEI), atau kombinasi kedua metode analgesia tersebut. Tim peneliti menyimpulkan bahwa penerapan protokol analgesia terkontrol-pasien (patient-controlled epidural analgesia, PCEA) yang kurang tepat, seperti mengijinkan pasien lebih sering meminta penyuntikan bolus, dapat menyebabkan peningkatan intensitas nyeri.  

Dipimpin oleh dr. Michael Haydon dari Long Beach Memorial Medical Center/Miller Children`s Hospital, sejumlah peneliti melakukan sebuah studi tersamar ganda pada 270 perempuan yang sedang bersalin. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok: CEI, PCEA, dan kombinasi keduanya. Pasien-pasien kelompok CEI diberi bupivicaine 0,1% dan fentanyl 2 mcg/mL dalam kecepatan 10 mL/jam; para pasien kelompok PCEA diijinkan meminta disuntikkan 10 mL bolus analgesik epidural dengan selang waktu 20 menit; para perempuan dalam kelompok kombinasi CEI + PCEA mendapat infus bersinambungan, tetapi juga diperbolehkan menyuntikkan bolus setiap 20 menit. Tanpa memperhatikan kelompok perlakuannya, disediakan tombol pemanggil di dekat semua pasien. Semua partisipan mula-mula diberi bolus bupivicaine 0,5% (0,4 mL) dan fentanil 50 mcg/mL (0,4 mL) intratekal. Selama persalinan, mereka semua juga diperbolehkan memanggil dokter anestesi untuk menyuntikkan bolus bupivicaine 0,25% (10 mL) maksimal dua kali.
Para perempuan kelompok CEI tercatat menggunakan 74,8 mg bupivicaine selama persalinan, berbanding 52,4 mg pada kelompok PCEA dan 97,3 mg pada kelompok kombinasi CEI + PCEA. Jumlah bolus tambahan yang diminta sama pada semua pasien, tetapi pasien kelompok PCEA rata-rata meminta bolus tambahan lebih awal (2,1 jam PCEA vs 3,5 jam CEI vs 3,3 jam CEI + PCEA). Sehabis melahirkan, semua pasien menyatakan puas dengan median skor kepuasan secara keseluruhan tercatat pada angka 0 (skala 0 sampai 100; 0 = paling puas). Median intensitas nyeri sewaktu mengedan tercatat lebih tinggi pada kelompok PCEA (40, pada skala 0 sampai 100) dibanding kelompok CEI (15) ataupun kelompok PCEA + CEI (0). Dokter Haydon dan kolega menegaskan bahwa lebih tingginya skor nyeri yang dialami para perempuan kelompok PCEA boleh jadi terkait dengan selang waktu antar-pemberian anestetik yang terlalu lama (20 menit) sehingga onset pemulihan nyeri pun tertunda. Studi-studi terdahulu pernah mengevaluasi efikasi analgesia epidural terkontrol-pasien dengan selang waktu pemberian anestetik 5 menit dan 15 menit.    
"Untuk menghasilkan pemulihan nyeri yang lebih baik selama kala II persalinan, selang waktu antar-pemberian anestetik harus dipersingkat, misalnya, cukup 10 menit," tulis para peneliti tersebut dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology. "Tujuan analgesia selama persalinan adalah pemulihan nyeri yang maksimum dengan penggunaan anestetik dalam dosis serendah mungkin," dr. Haydon menyimpulkan. Dalam konteks ini, penggunaan dosis anestetik terendah pada persalinan lewat metode PCEA dan penyesuaian kebutuhan bolus tambahan secara individual selama kala II dapat dipertimbangkan. 

Sumber : Kalbe Farma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar