Senin, 08 Agustus 2011

Risedronate plus Cholecalciferol untuk Osteoporosis

Risedronate plus Cholecalciferol untuk OsteoporosisOsteoporosis merupakan keadaan yang  secara karakteristik ditandai dengan hilangnya kepadatan tulang yang normal, mengakibatkan tulang mudah patah. Keadaan ini tidak menyebabkan gejala kecuali jika sudah mengalami kejadian patah tulang. Diperlukan tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap keadaan osteoporosis. Pengobatan osteoporosis umumnya menggunakan obat golongan bifosfonat dan vitamin D. Salah satu obat golongan bifosfonat adalah risedronate, yang dapat diberikan per hari ataupun per minggu. Mekanisme kerja risedronate adalah sebagai anti-resorpsi tulang. Para peneliti di Korea, yang dipimpin oleh dr. Chung, melakukan sebuah studi menggunakan kombinasi risedronate seminggu sekali dan cholecalciferol (vitamin D) dalam satu pil. Hasilnya memperlihatkan bahwa efikasi dan keamanan kombinasi tersebut cukup memuaskan pada pasien-pasien osteoporosis, sebagaimana dipublikasikan di jurnal Clinical Endocrinology edisi Juni 2011.
Dalam studi ini, tim peneliti mengevaluasi efikasi dan keamanan risedronate secara acak, tersamar ganda, prospektif, selama 16 minggu dengan dan tanpa cholecalciferol (25-hidroksi vitamin D [25(OH)D]) pada 164 pasien dewasa pengidap osteoporosis. Para pasien diberi risedronate 35 mg dan cholecalciferol 5600 IU per minggu yang dikemas dalam satu pil (RSD+) atau diberi risedronate 35 mg saja (RSD). Para peneliti mengukur kadar 25(OH)D dalam serum, hormon paratiroid (PTH), penanda tulang, dan parameter fungsi otot pada awal (baseline) dan setelah 16 minggu pengobatan.
Setelah 16 minggu pengobatan, rerata kadar cholecalciferol serum meningkat secara bermakna dari 39,8 menjadi 70,8 nmol/L pada kelompok RSD+ dan menurun secara bermakna dari 40,5 menjadi 35 nmol/L pada kelompok RSD. Walaupun tercatat peningkatan kadar PTH serum secara bermakna pada kedua kelompok saat awal dan sepanjang studi, kelompok RSD memperlihatkan peningkatan yang lebih besar dibanding kelompok RSD+, yaitu 13,6 berbanding 4,8 ng/L (p=0,0005). Pada kedua kelompok, bone-specific alkaline phosphatase (BSAP) dan C-terminal telopeptide (CTX) serum menurun dengan cepat, tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antar-kelompok, demikian pula untuk parameter fungsi ekstremitas bawah. Secara keseluruhan, insidens efek samping tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok.
Simpulannya, pada pasien osteoporosis, pemberian pil kombinasi risedronate dan cholecalciferol per minggu menunjukkan efikasi anti-resorpsi yang lebih baik dibanding risedronate saja (dalam konteks remodeling turn-over tulang) serta menghasilkan peningkatan kadar cholecalciferol serum yang lebih besar setelah periode pengobatan 16 minggu tanpa menimbulkan efek samping yang bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar