Senin, 08 Agustus 2011

Penggantian Cairan Secara Dini Penting dalam Pencegahan Gagal Ginjal pada Anak dengan Sindrom Uremik Hemolitik

Penggantian Cairan Secara Dini Penting dalam Pencegahan Gagal Ginjal pada Anak dengan Sindrom Uremik HemolitikGagal ginjal pada sindrom uremik hemolitik lebih jarang terjadi pada anak yang mengalami diare akibat infeksi E. Coli yang virulen apabila penggantian cairan IV dilakukan lebih dini. Temuan ini diungkap lewat penelitian yang dilakukan oleh dr. Phillip I. Tarr dan kolega dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington, St. Louis, Missouri, yang dipublikasikan online di Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine akhir Juli 2011. Para peneliti menegaskan bahwa sindrom uremik hemolitik (hemolytic uremic syndrome, HUS) umumnya menyertai diare yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksin Shiga, yang tersering adalah E. Coli O157:H7. Lebih dari 900 kasus HUS dilaporkan terjadi di Eropa dan Amerika Utara semenjak munculnya wabah E. Coli di Jerman bulan Mei yang lalu.  
"Pathological cascade" yang memicu terjadinya gagal ginjal pada HUS dapat dihentikan dengan jalan memperbaiki perfusi ginjal, asalkan risiko gagal ginjal dapat diketahui cukup dini selama fase diare. Kenyataannya, sebuah studi terdahulu menunjukkan bahwa ekspansi volume IV berkhasiat nefroprotektif dalam situasi ini. Guna menginvestigasi lebih lanjut, tim peneliti melangsungkan sebuah studi prospektif observasional pada 50 anak berusia 1 hingga 17 tahun dengan diagnosis HUS yang dirawat di 11 rumah sakit anak di Amerika Serikat dan Skotlandia. Sebanyak 34 anak di antaranya mengalami oliguria singkat yang diikuti anuria berkepanjangan.
Tim peneliti menemukan bahwa anak yang mengalami HUS oligoanurik diketahui mendapat asupan cairan dan natrium yang lebih sedikit selama perawatan pra-HUS dibanding anak yang tidak mengalami HUS oligoanurik. Ekspansi volume secara dini menghasilkan perbedaan paling mencolok pada anak-anak tersebut. Sebanyak 21 dari 25 anak (84%) yang tidak diberi cairan IV dalam 4 hari pertama masa perawatannya mengalami oligoanuria, tetapi hanya 13 dari 25 anak (52%) yang mendapat cairan dalam periode itu mengalami oligoanuria. Hasil tersebut diterjemahkan ke dalam risiko relatif oligoanuria sebesar 1,6 (95% CI 1,1-2,4; p=0,02) ketika tidak ada cairan intravena yang diberikan dalam 4 hari pertama masa perawatan. 
"Dari gambaran klinis, kita sebenarnya dapat mengenali pasien yang telah terinfeksi E. Coli O157:H7 dan yang berisiko mengalami HUS," tutur dr. Tarr. Tim peneliti menganjurkan agar diagnosis mikrobiologis dan perawatan di rumah sakit dilakukan sedini mungkin bagi pasien-pasien yang dicurigai terinfeksi, mengingat interval untuk tindakan ekspansi volume yang terefektif dan teraman boleh jadi cukup singkat. "Meskipun demikian," dr. Tarr menggarisbawahi, "ekspansi volume tidak sepenuhnya bisa mencegah oligoanuria pada kasus HUS." "Cara terefektif untuk mencegah HUS oligoanurik ialah melalui pencegahan infeksi E. Coli O157:H7," lanjut beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar