Rabu, 03 Agustus 2011

Pengaruh Lingkungan dan Gaya Hidup pada Penyakit Refluks Gastroesofageal

Pengaruh Lingkungan dan Gaya Hidup pada Penyakit Refluks GastroesofagealGastroesophageal reflux disease (GERD) terdiri dari spektrum gangguan yang terkait, termasuk hernia hiatus, reflux disease dengan gejala yang terkait, esofagitis erosif, striktur peptikum, Barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus. Selain beberapa patofisiologi dan hubungan antara beberapa gangguan ini, GERD juga ditandai dengan terjadinya ko-morbiditas pada pasien yang identik dan oleh epidemiologi perilaku yang serupa diantara mereka.
Kejadian GERD ditandai dan terbentuk dari variasi temporal dan geografis, menunjukkan pengaruh faktor-faktor risiko lingkungan dalam etiologi penyakit ini. Variasi oleh Waktu, geografi dan ras. Antara 1975 dan 2005, kejadian GERD dan adenokarsinoma esofagus meningkat lima kali lipat di sebagian besar negara-negara Barat. Insiden GERD juga tampaknya meningkat di negara-negara paling maju di Asia. Semua bentuk GERD yang berat, seperti: esofagitis erosif, striktur peptikum, metaplasia Barrett, dan adenocarcinoma esofagus, lebih umum terjadi di antara kulit putih daripada kelompok etnis lain.
Obesitas sebagai salah satu faktor risiko: Barrett esophagus dan adenokarsinoma esofagus yang cenderung lebih sering terjadi subyek dengan pendapatan yang lebih tinggi. Kelebihan berat badan dan obesitas berkontribusi terhadap perkembangan hernia hiatus, meningkatkan tekanan intra-abdomen, dan mendorong terjadinya reflux gastroesophageal. Pertambahan berat badan meningkatkan gejala refluks, sedangkan penurunan berat badan mengurangi timbulnya gejala. Faktor risiko lainnya, seperti merokok, alkohol, makanan berlemak, atau obat-obatan, hanya memainkan peran kecil dalam membentuk pola epidemiologi GERD. Perlindungan terhadap Helicobacter pylori: Pada tingkat populasi, prevalensi infeksi H. pylori yang tinggi kemungkinan menurunkan kadar sekresi asam dan melindungi beberapa operator infeksi terhadap penyakit refluks dan komplikasi yang terkait. Beberapa studi telah dikonfirmasi perihal prevalensi yang lebih rendah dari infeksi H. pylori antara subyek dengan ataupun tanpa GERD. Sampai saat ini, populasi di Afrika dan Asia mungkin telah dilindungi terhadap pengembangan GERD dan adenokarsinoma esophagus dengan prevalensi mereka lebih tinggi dari infeksi H. pylori.
Kesimpulan: Studi tentang faktor risiko lingkungan dapat memberikan kesempatan untuk lebih memahami GERD dan mengembangkan sarana pencegahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar