Rabu, 03 Agustus 2011

Efek Protektif Agonis GnRH terhadap Kegagalan Ovarium Dini Imbas-Kemoterapi

Efek Protektif Agonis GnRH terhadap Kegagalan Ovarium Dini Imbas-KemoterapiPada para perempuan muda pengidap kanker payudara, supresi ovarium sementara menggunakan triptorelin, sebuah analog gonadotropin-releasing hormone, selama kemoterapi terbukti menurunkan insidens menopause dini. Temuan ini merupakan hasil sebuah studi di Italia, yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association bulan Juli 2011. 
Tim peneliti dari Instituto Nazionale per la Ricerca sul Cancro di Genoa, yang dikepalai dr. Lucia Del Mastro, menggarisbawahi bahwa sekitar 6% perempuan yang terdiagnosis mengidap kanker payudara berusia di bawah 40 tahun, dan kebanyakan ditangani dengan kemoterapi dan/atau terapi hormonal. Sejauh ini, belum ada terapi standar yang diberlakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan ovarium dini. Guna menginvestigasi efek protektif dari supresi ovarium sementara selama pengobatan kanker payudara, para peneliti merekrut 281 perempuan pra-menopause pengidap kanker payudara stadium awal ke dalam sebuah studi acak open-label fase III. Sebanyak 148 perempuan di antaranya mendapat triptorelin 3,75 mg IM sekurang-kurangnya 1 minggu menjelang kemoterapi, kemudian setiap 4 minggu selama kemoterapi berlangsung.
Endpoint primernya ialah menopause imbas-kemoterapi, didefinisikan sebagai berhentinya siklus menstruasi dan turunnya kadar FSH (follicle-stimulating hormone) dan estradiol hingga kadar pasca-menopause 1 tahun setelah kemoterapi. Menopause imbas-kemoterapi ini terjadi pada 8,9% pasien kelompok triptorelin dan 25,9% pasien kelompok kontrol, menghasilkan odds ratio untuk menopause dini terkait-terapi sebesar 0,28 (p <0,001). Meskipun demikian, sejumlah ilmuwan lain mendengungkan perlunya kewaspadaan pada kasus pasien dengan penyakit sensitif-hormon. Dua ilmuwan dari Universitas California, San Fransisco, dr. Hope S. Rugo dan dr. Mitchell P. Rosen, menemukan kemungkinan efek yang merugikan terhadap prognosis pasien. Mereka mengatakan, "Penggunaan agonis GnRH bersamaan dengan kemoterapi belum layak direkomendasikan sebagai terapi standar dan memerlukan kewaspadaan pada pasien-pasien dengan penyakit sensitif-hormon."
Di lain pihak, dr. Del Mastro dan kolega menyimpulkan, "Bagi pasien-pasien dengan penyakit sensitif-hormon, terapi agonis GnRH guna menekan fungsi ovarium selama kemoterapi justru merupakan alternatif terapi tambahan yang berpotensi memperbesar kemungkinan fertilitas."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar