Keadaan defek selubung saraf/neural atau Neural Tube Defects (NTD) merupakan gangguan abnormalitas pada susunan saraf pusat yang berat, dan kejadian ini terjadi akibat perkembangan tidak normal selama pembentukan gestasi pada usia 3 minggu dan 4 minggu kehamilan. Beberapa studi menunjukkan bahwa pemberian asam folat yang terhadap peri konsepsi dapat mengurangi insidensi serta rekurensi dari defek selubung neural ini. Karenanya penelitian di Irlandia, ingin mengetahui lebih jauh mengenai aspek yang terkait dengan pemberian asam folat atas kejadian ini.
Peneliti Dr. McGuire dan rekan dari Universitas Dublin di Irlandia sebagaimana hasil penelitian yang dipublikasi dalam jurnal Human Reproduction 2010 menyampaikan bahwa pengaruh pemberian asam folat dengan melihat aspek sosial ekonomi dan demografi, memberikan manfaat terhadap pencegahan baik insidensi maupun rekurensi terhadap risiko defek selubung neural tersebut.
Metode studi dilakukan secara kohort, dengan menggunakan data rekam medis Rumah Sakit secara elektronis pada wanita yang melahirkan di rumah sakit bersalin yang besar di kota Dublin antara tahun 2000 sampai 2007. Analisa regresi secara logistik (Logistic regression analyses) dipergunakan untuk mengukur hubungan faktor ibu dan penggunaan asam folat secara optimal.
Sejumlah 61.252 wanita hamil dan sekitar 85% dilaporkan mendapat asam folat pada saat periode peri konsepsi, namun hanya sekitar 28% yang mendapatkan asam folat sesuai nilai dosis rekomendasi. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemenuhan rekomendasi asam folat meliputi nuliparitas [adjusted Odds Ratio/ OR: 1,35 (95% CI: 1,28–1,43)], awal mendapat asam folat dibawah 12 minggu dengan OR: 1,24 (95% CI: 1,17–1,31)], penambahan usia sebagai contoh usia 30 - 34 tahun dengan OR: 1,39 (95% CI: 1,30–1,48)], pusat kesehatan swasta [OR: 4,32 (95% CI: 4,1–4,6)] dan pengobatan terhadap infertilitas [OR: 2,88 (95% CI: 2,44–3,40)]. Beberapa faktor berhubungan dengan asam folat yang rendah maupun tidak sama sekali meliputi kehamilan yang tidak terencana [OR: 0,08 (0,07–0,08)], status sosial ekonomi yang rendah sebagai contoh tidak bekerja [OR: 0,63 (95% CI: 0,55–0,71)], bukan berkewarganegaraan Irlandia [OR: 0,82 (0,74–0,90)] dan perokok [OR: 0,51 (95% CI: 0,47–0,55)].
Sehingga dari data tersebut, para peneliti melihat bahwa faktor sosial, ekonomi dan demografi mempunyai pengaruh penting terhadap asupan asam folat. Selain itu kelompok yang rentan mendapatkan asupan asam folat secara terbatas terutama perlu mendapatkan perhatian dan sasaran dari masalah kesehatan masyarakat, selain itu perlu pertimbangan lebih seksama terhadap fortifikasi makanan.
Peneliti Dr. McGuire dan rekan dari Universitas Dublin di Irlandia sebagaimana hasil penelitian yang dipublikasi dalam jurnal Human Reproduction 2010 menyampaikan bahwa pengaruh pemberian asam folat dengan melihat aspek sosial ekonomi dan demografi, memberikan manfaat terhadap pencegahan baik insidensi maupun rekurensi terhadap risiko defek selubung neural tersebut.
Metode studi dilakukan secara kohort, dengan menggunakan data rekam medis Rumah Sakit secara elektronis pada wanita yang melahirkan di rumah sakit bersalin yang besar di kota Dublin antara tahun 2000 sampai 2007. Analisa regresi secara logistik (Logistic regression analyses) dipergunakan untuk mengukur hubungan faktor ibu dan penggunaan asam folat secara optimal.
Sejumlah 61.252 wanita hamil dan sekitar 85% dilaporkan mendapat asam folat pada saat periode peri konsepsi, namun hanya sekitar 28% yang mendapatkan asam folat sesuai nilai dosis rekomendasi. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemenuhan rekomendasi asam folat meliputi nuliparitas [adjusted Odds Ratio/ OR: 1,35 (95% CI: 1,28–1,43)], awal mendapat asam folat dibawah 12 minggu dengan OR: 1,24 (95% CI: 1,17–1,31)], penambahan usia sebagai contoh usia 30 - 34 tahun dengan OR: 1,39 (95% CI: 1,30–1,48)], pusat kesehatan swasta [OR: 4,32 (95% CI: 4,1–4,6)] dan pengobatan terhadap infertilitas [OR: 2,88 (95% CI: 2,44–3,40)]. Beberapa faktor berhubungan dengan asam folat yang rendah maupun tidak sama sekali meliputi kehamilan yang tidak terencana [OR: 0,08 (0,07–0,08)], status sosial ekonomi yang rendah sebagai contoh tidak bekerja [OR: 0,63 (95% CI: 0,55–0,71)], bukan berkewarganegaraan Irlandia [OR: 0,82 (0,74–0,90)] dan perokok [OR: 0,51 (95% CI: 0,47–0,55)].
Sehingga dari data tersebut, para peneliti melihat bahwa faktor sosial, ekonomi dan demografi mempunyai pengaruh penting terhadap asupan asam folat. Selain itu kelompok yang rentan mendapatkan asupan asam folat secara terbatas terutama perlu mendapatkan perhatian dan sasaran dari masalah kesehatan masyarakat, selain itu perlu pertimbangan lebih seksama terhadap fortifikasi makanan.
IWA, KF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar