Selasa, 06 Desember 2011

Methylprednisolone Mengurangi Pembentukan Jaringan Parut Pasca Pielonefritis

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ya Yun Huang dan rekan dari Department of Pediatrics and Institute of Clinical Medicine, National Cheng Kung University Medical College and Hospital, Taiwan, memperlihatkan bahwa pemberian methylprednisolone, bersamaan dengan terapi antibiotika, secara bermakna mengurangi kejadian dan/atau derajat pembentukan jaringan parut pada pasien pediatrik pasca pielonefritis akut. Hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan pada jurnal Pediatrics edisi bulan Agustus 2011.
ISK (infeksi saluran kemih) merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak. Hampir dua pertiga pasien dengan demam ISK mengalami pielonefritis akut.  Pembentukan jaringan parut di ginjal setelah pielonefritis akut dapat disertai dengan sequelae jangka panjang, seperti hipertensi, gangguan fungsi ginjal, toksemia dalam kehamilan, dan penyakit ginjal kronik stadium akhir. Kemungkinan terjadinya pembentukan jaringan ikat setelah pielonefritis akut berkisar antara 26,5% hingga 57%. Banyak data memperlihatkan bahwa kerusakan jaringan ginjal yang sifatnya menetap lebih disebabkan karena proses inflamasi yang terjadi, dibandingkan dengan bakteri penyebab pielonefritis itu sendiri. Karena itu, pencegahan pembentukan jaringan ikat setelah pielonefritis akut bukan hanya bergantung pada diagnosa dan terapi yang cepat, namun juga bergantung pada pencegahan respons inflamasi yang merusak jaringan ginjal.
Dalam penelitian, obat-obat golongan glukokortikoid secara klinik bermanfaat sebagai terapi untuk berbagai macam penyakit infeksi seperti meningitis bacterial. Pemberian antibiotic bersamaan dengan glukokortikoid dilaporkan dapat mencegah pembentukan jaringan ikat di ginjal pada uji coba pada hewan dengan pielonefritis akut. Konsentrasi interleukin-6 dan interleukin-8 dalam urin menurun pada pasien-pasien yang diterapi dengan kombinasi antibiotika dengan dexamethasone.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Dr. Ya Yun Huang dan rekan untuk mengetahui apakah methylprednisolone dapat mencegah terjadinya pembentukan jaringan ikat pada ginjal setelah kejadian pielonefritis pada pasien-pasien anak. Penelitian yang dilakukan melibatkan 84 pasien dengan usia < 16 tahun yang didiagnosa dengan pielonefritis akut dengan risiko tinggi pembentukan jaringan parut ginjal (volume inflamasi ≥ 4.6 mL dengan pemeriksaan technetium-99m–labeled dimercaptosuccinic acid scan [DMSA], atau hasil pemeriksaan USG yang abnormal), yang dilakukan pada baseline dan bulan ke-6 penelitian. Pasien dalam penelitian ini secara acak diterapi dengan antibiotika plus methylprednisolone (dosis 1,6 mg/ kg berat badan selama 3 hari, n = 19), atau dengan antibiotika plus plasebo (n = 65) setiap 6 jam selama 3 hari. Outcome primer adalah pembentukan jaringan parut ginjal.

Karakteristik pasien tidak berbeda bermakna antar kelompok penelitian, termasuk parameter DMSA pada baseline. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jaringan parut ditemukan lebih banyak pada pasien yang tidak diterapi dengan methylprednisolone. Selain itu volume rerata jaringan korteks ginjal yang mengalami gangguan lebih besar pada kelompok terapi antibiotika plus plasebo. Selain itu, kelompok terapi methylprednisolone mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok yang tidak diterapi dengan methylprednisolone.
Para ahli dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi tambahan menggunakan methylprednisolone mengurangi kemungkinan dan/ atau derajat pembentukan jaringan parut setelah pielonefritis akut pada pasien-pasien pediatrik, dengan risiko tinggi pembentukan jaringan parut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar