Baru-baru ini, Leung dan kolega melaporkan sebuah
kasus enteropati berat yang diinduksi oleh aspirin dosis rendah, hingga merubah
persepsi kita bahwa aspirin tidak dapat menyebabkan kerusakan usus halus.
Sehubungan dengan hal itu, Toshio Watanabe dkk. melakukan sebuah penelitian
untuk menginvestigasi insidens kerusakan usus halus oleh aspirin salut enterik
dosis rendah dan menganalisis efikasi misoprostol untuk pengobatannya.
Penelitian tersebut melibatkan 11 pasien (8
laki-laki dan 3 wanita, rerata usia 65 tahun, kisaran usia 57 – 78 tahun)
pengguna aspirin salut enterik dosis rendah selama lebih dari 3 bulan untuk
pencegahan primer dan sekunder penyakit kardiovaskuler dan diketahui memiliki
ulkus lambung berdasarkan endoskopi. Para pasien melanjutkan terapi aspirin dan
mengonsumsi penghambat pompa proton selama 8 minggu. Sesudahnya, para pasien
diberi misoprostol 200 µg 4 kali sehari selama 8 minggu. VCE (Video
Capsule Endoscopy) dilakukan setelah 8 minggu penggunaan penghambat pompa
proton dan diulangi setelah 8 minggu terapi dengan misoprostol. Selain itu,
ketika pasien menghentikan misoprostol karena adanya efek samping diare, pasien
diterapi kembali dengan penghambat pompa proton untuk 8 minggu berikutnya dan
VCE kedua dilakukan.
VCE yang dilakukan setelah 8 minggu penggunaan
penghambat pompa proton mengidentifikasi bercak merah pada 100% pasien dan
kerusakan mukosa pada 90,9% pasien. Pada 7 pasien yang menyelesaikan protokol
penelitian, misoprostol secara bermakna menurunkan jumlah median bercak merah,
dengan pemulihan sempurna dari kerusakan mukosa pada 4 pasien. Lesi usus tidak
menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada 3 pasien yang menghentikan
misoprostol.
Sebagai simpulan, misoprostol cukup efektif untuk
penatalaksanaan enteropati yang timbul akibat penggunaan aspirin.
KF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar