Selasa, 01 November 2011

Aktivitas SOD pada pasien kusta

Aktivitas SOD pada pasien kustaPertahanan utama terhadap infeksi mikroba adalah sistem makrofag. Pembunuhan mikroba oleh makrofag dikaitkan dengan dihasilkannya radikal bebas yang disebut ROS (reactive oxygen species), seperti anion superoxide, hydrogen peroxide, dan hydroxyl. ROS ini dapat merusak lipid, protein, dan nucleic acid.

Target utama peroksidasi adalah PUFA (polyunsaturated fatty acid) dalam lipid membran dan PUFA didegradasi oleh radikal bebas membentuk MDA (malondialdehyde) yang dapat bertindak sebagai petanda kerusakan seluler.

Sel mempunyai mekanisme untuk menangkal radikal bebas dan meminimalkan cedera jaringan. Antioksidan seperti SOD (superoxide dismutase), katalase, dan antioksidan nutrisional dapat memerangkap radikal bebas dan bertindak sebagai sistem scavenging radikal bebas. Jika terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan radikal bebas dengan penangkalnya, maka dapat menyebabkan kondisi yang disebut stres oksidatif yang dapat menyebabkan kelainan metabolik dan kematian sel. Rasio MDA/SOD dapat dipertimbangkan sebagai indeks stres oksidatif.

Suatu studi telah dilakukan untuk meneliti indeks stres oksidatif pada kusta/lepra pausibasiler dan multibasiler dalam jaringan dan darah.

Kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium kustae yang menyerang sistem saraf perifer, kulit dan jaringan tertentu lainnya. Penyakit ini dapat menyebabkan deformitas yang luas dan permanen pada kulit dan saraf perifer,
sehingga dapat timbul kecacatan yang berat dan irreversible.

WHO membagi penyakit kusta menjadi 2 jenis yaitu pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB). Disebut kusta pausibasiler jika BTA negatif, sedangkan kusta multibasiler jika BTA positif.

Studi dilakukan pada 14 pasien PB yang tidak diterapi, 18 pasien MB yang tidak diterapi, dan 20 sukarelawan normal. Dalam studi tersebut diukur aktivitas SOD, kadar MDA, dan rasio MDA/SOD baik di dalam darah maupun di dalam jaringan.

Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kontrol, aktivitas SOD dalam jaringan menurun secara bermakna pada pasien PB dan MB, sedangkan aktivitas SOD dalam eritrosit hanya menurun secara bermakna pada pasien MB. Sebagai tambahan, kadar MDA dalam jaringan meningkat secara bermakna baik pada pasien PB maupun pasien MB.

Labih lanjut, kadar MDA dalam plasma rata-rata pada pasien MB secara bermakna lebih tinggi, sedangkan pada pasien PB, tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

Studi tersebut menunjukkan peningkatan indeks stres oksidatif (rasio MDA/SOD) yang bermakna pada jaringan pasien PB dan MB, serta dalam darah pasien MB. Sedangkan indeks stres oksidatif dalam darah pasien PB tidak berbeda bermakna dibanding dengan kontrol.

Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa stres oksidatif ditemukan pada jaringan dan darah pasien MB dan pada jaringan pasien PB, hal ini menunjukkan keterlibatan yang penting dari stres oksidatif dalam patogenesis kusta, dan dapat menjadi alat penting dalam prognosis, pengobatan dan pengendalian kusta.

Studi sebelumnya juga telah menilai stres oksidatif pada pasien kusta dengan mengukur kadar enzim antioksidan (SOD), produk peroksidasi lipid (MDA), dan rasio MDA/SOD pada pasien kusta PB dan MB pada 58 pasien kusta yang tidak diterapi (23 kasus PB dan 35 kasus MB) yang dibandingkan dengan 58 kontrol sehat.

Hasilnya menunjukkan bahwa kadar SOD menurun pada pasien kusta, khususnya pada kusta MB, kadar MDA meningkat pada pasien PB dan MB, dan rasio MDA/SOD meningkat secara bermakna pada pasien MB.

Jadi disimpulkan bahwa terdapat peran yang bermakna dari stres oksidatif pada pasien kusta, khususnya kusta MB. Hal ini mendukung penggunaan antioksidan untuk mencegah kerusakan jaringan dan deformitas pada pasien kusta.

EKM (KF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar