Senin, 07 November 2011

KESEHATAN MULUT OPTIMAL PADA KANKER

KESEHATAN MULUT OPTIMAL PADA KANKERMasalah pada rongga mulut sering ditemukan pada pasien kanker, terutama pasien yang mendapat radioterapi di daerah kepala dan leher, yang berkisar antara perubahan rasa makanan akibat gangguan indera pengecap, radang mukosa mulut (mukositis), sariawan (stomatitis), mulut kering (xerostomia), karies dan tanggalnya gigi, infeksi bakteri, virus atau jamur hingga gangguan asupan makanan. Selain gangguan organik, masalah pada rongga mulut juga menimbulkan beban sosial bagi pasien kanker. Secara keseluruhan, masalah pada rongga mulut, jika tidak ditangani dengan baik, akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker.
Salah satu faktor penyebab masalah pada rongga mulut pasien kanker adalah berkurangnya produksi air liur (saliva). Fenomena ini disebabkan oleh gangguan pada kelenjar air liur akibat radioterapi pada daerah kepala dan leher dan atau akibat kemoterapi. Berkurangnya produksi kelenjar air liur ini dapat berlangsung sementara atau permanen dan jika tidak ditangani dengan baik, keadaan mulut yang kering (xerostomia) akan menimbulkan masalah serius pada rongga mulut dan gangguan fungsi mulut.
Saliva yang diproduksi terus menerus oleh 3 kelenjar liur pada mulut manusia bukan sekedar berfungsi sebagai lubrikan di dalam mulut. Saliva adalah cairan yang mengendalikan berbagai fungsi fisiologis yang penting di dalam mulut, antara lain untuk mempertahankan derajat keasaman (pH) yang netral, mengendalikan mikroflora dan fungsi restoratif di dalam rongga mulut. Di dalam mulut yang normal, aksi berbagai sistem pertahanan dalam saliva, antara lain peroksidase, laktoferrin, lisozim, immunoglobulin dan faktor pertumbuhan akan membantu mempertahankan pH netral dan menciptakan lingkungan di dalam mulut di mana pertumbuhan bakteri yang merugikan akan dihambat. 
Berkurangnya produksi saliva dan mulut yang kering akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain mukositis, stomatitis, radang gusi (gingivitis), karies, infeksi bakteri, virus atau jamur, bau nafas tak sedap dan lain-lain.
GEJALA DAN TANDA XEROSTOMIA
Gejala dan tanda Xerostomia akan timbul setelah beberapa saat pasien mendapat radioterapi pada daerah kepala dan leher, mulai dari minggu pertama radioterapi. Seiring dengan waktu, gejala akan semakin jelas dan mulut pasien akan semakin kering sejalan dengan semakin besarnya kelenjar air liur yang rusak akibat paparan radioterapi.
Gejala dan tanda yang mungkin timbul antara lain :
• Selalu merasa haus
• Bau nafas tak sedap
• Sulit menelan makanan padat
• Terbangun di malam hari akibat mulut kering
• Noda lipstick di gigi (Lipstick sign)
• Kemerahan dan radang mukosa rongga mulut
• Rasa mulut terbakar
• Tanda infeksi jamur
• Karies gigi dan lain-lain

AKIBAT XEROSTOMIA
Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh xerostomia pada pasien kanker:
• Mukositis dan atau stomatitis
• Radang gusi
• Karies gigi
• Gangguan indera pengecap
• Infeksi bakteri, virus atau jamur
• Berkurangnya asupan makanan

DIAGNOSIS XEROSTOMIA
Diagnosis Xerostomia dapat ditegakkan dengan pasti bila pada pasien-pasien dengan riwayat yang mendukung timbulnya Xerostomia, antara lain mendapat radioterapi daerah kepala dan leher dan atau mendapat kemoterapi, kita melakukan pengukuran volume produksi saliva yang dihasilkan ketiga kelenjar air liur dalam suatu periode waktu tertentu. Namun secara praktis, diagnosis xerostomia ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Setelah menegakkan diagnosis xerostomia, langkah selanjutnya adalah menentukan penyebab kausal dari xerostomia. Pada kasus-kasus xerostomia pada pasien kanker, jika penyebabnya adalah radioterapi dan/ kemoterapi, demi hasil terapi yang baik, radioterapi dan/ kemoterapi akan tetap dilanjutkan walau pasien mengalami xerostomia. Pada kasus-kasus seperti ini, langkah selanjutnya adalah mengatasi masalah rongga mulut yang sudah timbul dan melakukan tindakan pencegahan untuk mencegah timbulnya masalah lagi.

TERAPI XEROSTOMIA
Secara umum, prinsip terapi xerostomia bersifat simtomatik, yaitu terapi untuk mengurangi gejala yang timbul. Terapi yang bersifat kausal bisa dilakukan jika xerostomia disebabkan oleh obat-obatan yang bersifat sementara. Xerostomia yang timbul pada pasien kanker adalah akibat kerusakan kelenjar air liur akibat radioterapi dan/kemoterapi, dan kerusakan yang timbul dapat bersifat sementara atau permanen.
Beberapa modalitas terapi yang dapat digunakan untuk xerostomia:
•Silagogues gustatorik, antara lain : lemon, permen karet sorbitol, permen asam, dan sebagainya, yang berfungsi untuk merangsang produksi kelenjar air liur. Silagogues
gustatorik ini efektif untuk gangguan kelenjar air liur ringan, namun tidak berfungsi untuk gangguan sedang hingga berat.
•Silagogues farmakologik, antara lain pilokarpine. Mengingat pilokarpine ini harus diberikan secara permanen, pemberian pilokarpine harus mempertimbangkan potensi efek
samping yang mungkin timbul.
•Saliva substitusi. Pengganti saliva ini bersifat mirip dengan saliva sehingga dapat digunakan untuk jangka panjang, dan bermanfaat untuk gangguan sedang hingga berat. Saliva substitusi dibuat sesuai dengan komposisi saliva normal dan ditujukan untuk menggantikan fungsi saliva pada pasien-pasien xerostomia sedang hingga berat. Saliva substitusi ini mengandung zat-zat yang berfungsi sebagai sistem pertahanan dalam rongga mulut dan berbagai fungsi saliva lainnya. Sebuah produk saliva substitusi yang ada di Indonesia adalah BioXtra.
Sebagai  produk suportif kanker terbaru Kalbe Farma, BioXtra melengkapi rangkaian produk Kalbe Farma yang ditujukan untuk pasien kanker yang mengalami Xerostomia akibat radioterapi dan atau kemoterapi. BioXtra adalah rangkaian produk kesehatan mulut dengan formulasi unik yang telah dipatenkan oleh Lifestream Pharma di Belgia yang telah terbukti secara klinis mampu meringankan gejala dan tanda Xerostomia. Sebagai saliva substitute,  BioXtra Oral Gel dan Mouthspray dirancang untuk memberikan perasaan dan aksi kerja yang menyerupai saliva. Selain berfungsi sebagai lubrikan dan memberikan kelembaban, komponen lactoperoxidase, lactoferrin, kalsium dan fosfat dan faktor-faktor pertumbuhan dalam BioXtra memiliki fungsi antimikroba yang bersifat imun dan non-imun dan fungsi restoratif.
  
Produk kesehatan mulut yang inovatif ini memanfaatkan zat-zat alami dari susu, yaitu ekstrak kolostrum,  yang telah lama diketahui berkhasiat bagi kesehatan. Sebagai satu-satunya saliva substitute di Indonesia, 4 aksi kerja BioXtra yang unik dan telah dipatenkan akan memberikan rasa lembab dan kenyamanan, meningkatkan kesehatan mulut dan memberikan rasa segar.
BioXtra tersedia dalam dua sediaan, yaitu Oral Gel yang bertahan lama dan cocok digunakan untuk malam hari dan Mouthspray yang cocok bagi pasien yang aktif dan penggunaan siang hari.

Caroline Lazuardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar