Selasa, 28 Juni 2011

Penambahan Dexamethasone pada Terapi Antibiotik Mempersingkat Durasi Rawat Inap Pasien CAP

Penambahan Dexamethasone pada Terapi Antibiotik Mempersingkat Durasi Rawat Inap Pasien CAP
Kalbe.co.id - Penambahan dexamethasone terhadap terapi antibiotik mempersingkat durasi rawat inap di rumah sakit pada pasien yang menderita  CAP (community-acquired pneumonia) tanpa gangguan pada sistem imun. Temuan ini merupakan hasil Studi acak tersamar ganda, dengan kontrol plasebo, yang dilakukan terhadap 304 pasien CAP (usia >18 tahun) di dua rumah sakit pendidikan di Belanda - 153 pasien pada kelompok plasebo dan 151 pasien pada kelompok dexamethasone (infus 5 mg/hari). Terapi diberikan selama 4 hari sejak pasien dirawat inap. Kedua kelompok mendapat terapi antibiotik. Pasien dengan gangguan sistem imun, pasien yang perlu dipindahkan ke ICU, dan pasien yang sudah menerima kortikosteroid/immunosupresan dieksklusi dari uji klinis ini. Parameter utama pada studi ini adalah durasi rawat inap pasien.

Dari 304 partisipan, 143 (47%) pasien mengidap CAP kelas 4 – 5, 79 pasien pada kelompok dexamethasone dan 64 pasien pada kelompok kontrol. Pada kelompok dexamethasone, nilai median durasi rawat inap pada kelompok dexamethasone adalah 6,5 hari, sedangkan nilai median pada kelompok kontrol adalah 7,5 hari (95% CI perbedaan median 0 – 2 hari, p = 0,048). Selain itu, penurunan biomarker peradangan dalam darah (C-reactive proteins dan interleukin-6) terjadi lebih cepat pada kelompok dexamethasone dibandingkan dengan kelompok kontrol.
 
Tidak ada perbedaan bermakna dalam mortalitas dan insidens efek samping yang berat antara kelompok dexamethasone dan kelompok kontrol. Akan tetapi, hiperglikemia terjadi pada 67 (44%) dari 151 pasien kelompok dexamethasone, berbanding 35 (23%) dari 153 pasien kelompok kontrol. Satu pasien pada kelompok dexamethasone mengalami perforasi lambung pada hari ke-3.
Simpulannya, penambahan dexamethasone pada terapi antibiotik dapat mempersingkat durasi rawat inap pada pasien CAP tanpa gangguan sistem imun. Penggunaan kortikosteroid tetap harus mempertimbangkan manfaatnya dan potensi risikonya, seperti superinfeksi dan gangguan saluran cerna. Bagaimana pun, dibutuhkan uji klinis lebih lanjut dengan durasi pemberian kortikosteroid yang lebih panjang guna mencapai resolusi biologis dan mencegah rebound inflammation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar